Rabu, 15 November 2017

PAPER BIOKIMIA HUBUNGAN LIPID DENGAN BAU BADAN

HUBUNGAN LIPID DENGAN BAU BADAN
TUGAS PAPER BIOKIMIA
DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH BIOKIMIA
YANG DIAMPU OLEH :
Prof.Dr.Drs. Aprizal Lukman M.Pd.
  
DISUSUN OLEH :
Dinah Alifah ( A1C416061 )

 
 logo_unja1


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2017



BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ketika sering melakukan aktifitas tubuh akan menguap dan mengeluarkan keringat. Semakin berat aktifitas yang di lakukan maka akan semakin banyak keringat yang dikeluarkan. Mengeluarkan keringat merupakan hal yang sangat wajar alamiah. Bahkan orang yang mengeluarkan keringat adalah orang yang sangat sehat. Dimana kulit masih berfungsi sebagaimana semestinya yaitu sebagai alat ekskresi, menetralkan suhu tubuh.
Sebagian orang biasa-biasa saja ketika berkeringat, karena memang keringat ini mudah keluar meskipun tidak beraktifitas. Misalnya berada di ruangan yang bersuhu panas. Tubuh juga akan mengeluarkan keringat meskipun hanya duduk diam saja. Akan tetapi yang menjadi masalah apabila keringat ini mengeluarkan bau yang menggangu yaitu adalah bau pada bagian ketiak. Bau badan merupakan masalah yang cukup penting dan dapat mengganggu aktivitas seseorang. Bau badan dapat terjadi karena kurang menjaga kebersihan badan dan adanya bakteri yang menguraikan keringat menjadi zat yang berbau kurang sedap. Bau badan juga dipengaruhi oleh hormon dan makanan yang dikonsumsi
Kenapa bau ketiak Ya karena sebagian besar bau yang dikeluarkan itu dari ketiak. Di dalam ketiak terdapat kelenjar keringat namanya adalah kelenjar apokrin. Kelenjar apokrin ini mengeluarkan keringat yang mengandung asam lemak jenuh dengan cairan lebih kental dan berminyak. Keringat ini dapat mengeluarkan bau yang busuk apabila ada bakteri yang berkembangbiak atau memecah komponen organic keringat tersebut.
Ketiak memang sangat rawan keluar keringat sehingga membuat suasana di area ketiak menjadi lembab. Suasana lembab merupakan keadaan yang paling ideal untuk bakteri berkembangbiak sehingga hal ini mendatangkan bakteri di ketiak. Cairan yang dihasilkan oleh kelenjar apocrine hanya berbau lemak. Namun, karena di setiap helai rambut terdapat satu apokrin dan mengandung bakteri yang berperan dalam proses pembusukan, maka timbullah bau badan yang tak sedap. Terkadang ada orang yang mempunyai kelenjar apocrine lebih besar, sehingga produksi keringatnya lebih besar dan pembusukan bakterinya juga lebih banyak
Nah kali ini saya memecahkan masalah ini kenapa bakteri yang di ketiak itu bisa menyebabkan bau busuk. Meskipun bakteri pada umumnya penyebab bau akan tetapi sebagian juga tidak mengeluarkan bau. Jadi kenapa bakteri di ketiak itu menghasilkan bau busuk
1.2 Tujuan  Penulisan
            Tujuan dituliskannya paper tentang pengaruh lipid terhadap bau badan adalah untuk dapat menunjukkan proses  atau mekanisme dari terbentuknya bau badan itu sendiri sehingga pembaca dapat mencegah maupun mengatasi permasalahn yang terjadi pada bau badan dengan mengetahui mekanisme yang yang terjadi di dalamnya,.

BAB II
PEMBAHASAN

            Keringat merupakan hasil eksreksi yang dikeluarkan melalui kelenjar kulit .Tubuh kita menghasilkan keringat yang dihasilkan oleh dua kelenjar yaitu kelenjar akrin dan kelenjar apokrin .Kelenjar akrin ini memproduksi keringat bening dan tidak berbau yang dikeluarkan oleh tubuh sejak bayi.Keringat ini muncul pada bagian tangan ,punggung ,hidung.Sedangkan kelenjar apokrin menghasilkan keringat di tempat-tempat tertentu , terutama di daerah perakaran rambut seperti di ketiak, kemaluan dan bagian dalam hidung. Sekresi ekrin terdiri dari  98-99% air, sisanya campuran senyawa anorganik terutama NaCl, K, Ca, Mg, Cu, Mn ,sehingga keringat rasanya asin  karena ada NaCl. Senyawa organic terdiri dari asam laktat, formiat, asetat, propionate, butirat, urea, asam urat, Kandungan Nitrogen 0,023- 0,060%  dengan pH 4 – 7. Sekresi Apokrin terdiri dari Asam laktat, asam urat, KH, dan potein. pH 6,2 – 7,5 karena mengandung amonia relative tinggi. 

            Keringat yang di keluarkan oleh kelenjar apokrin banyak mengandung lemak sehingga  dapat menyebabkan salah satu faktor yang menyebabkan timbulnya bau badan. Bakteri dapat menghasilkan enzim lipase. Apabila bakteri tersebut  berkembangbiak di keringat tersebut maka enzim lipase ini akan mengubah lemak menjadi asam lemak. Asam lemak jenuh lebih mudah terhidrolisis (bereaksi dengan air) dan teroksidasi  bereaksi dengan oksigen) pada suhu ruang. Asam lemak kebanyakan tidak berbau enak dan rasa yang tidak enak. Sebagai contoh sederhana, minyak goreng dan mentega, adalah makanan yang banyak mengandung asam lemak. Apabila minyak dan mentega ini di biarkan dalam waktu lama akan berbau dan berasa.Temperature yang tinggi juga dapat membuat minyak menjadi cepat tengik. Asam lemak tak jenuh (ganda) lebih mudah teroksidasi apalagi pada suhu panas.

            Reaksi  hidrolisa  menghasilkan flavour dan  bau  tengik  pada  minyak (atau  lemak)  dan  produk  turunannya. Reaksi  oksidasi  menyebabkan bau  tengik  pada  minyak  dan  lemak.  Reaksi  tingkat  lanjut  mengakibatkan  terurainya  asam lemak menjadi aldehid, keton, alkohol, aromatik dan hidrokarbon, hasil reaksi ini juga menyebabkan bau produk turunannya juga terpengaruh .Bau busuk yang terdapat pada ketiak itu berasal dari asam lemak ini akibat bereaksi dengan enzim lipase yang dihasilkan bakteri. Lipase memecahkan ikatan antara gliserin molekul oksigen dan asam lemak. Nih gambar reaksi kimia pemecahan lemak menjadi asam lemak dan gliserol :
Reaksi Kimia
            Jadi kenapa ketiak dapat  mengeluarkan bau, Penyebabnya adanya lemak dan bakteri yang menghasilkan lipase. Pada bagian tubuh lain misalnya bagian wajah, terdapat juga keringat tetapi tidak bau,  karena kandungan keringatnya tidak mengandung lemak, tetapi hanya mengandung air dan garam saja. Bagian mana saja yang keringat mengandung lemak? yaitu pada bagian yang ada kelenjar apokrin, terletak di ketiak dan di area kelamin. selain di daerah itu, keringat di keluarkan oleh kelenjar ekrin dimana kelenjar ini  tersebar di seluruh tubuh selain yang di tempati kelenjar apokrin. Kelenjar ekrin mengeluarkan keringat yang kandungannya air dan garam saja. Tidak mengandung lemak. Kemungkinan apabila menyebabkan bau, tidak terlalu menyengat seperti pada ketiak. Jadi penyebabnya adalah lemak yang keluar dengan keringan di ketiak ditambah dengan  bakteri yang mengeluarkan enzim akan menghasilkan bau ketiak.

            Sebagian  Bau yang dihasilkan disebabkan oleh adanya aktivitas beberapa bakteri seperti kelompok Corynebacterium, kelompok Propionibacteria, dan Staphylococcus epidermidis .Bakteri lain yang dapat menyebabkan bau badan adalah Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa, dan Streptococcus pyogenes. Bakteri penyebab bau badan yang berada di permukaan kulit manusia akan menghasilkan bau dengan mekanisme yang berbeda. Kelompok Corynebacterium akan memproduksi enzim lipase dan memecahnya menjadi lemak dalam keringat untuk menciptakan asam butirat. Kelompok Propionibacteria yang berada pada kelenjar apokrin menyebabkan bau badan dengan cara mengubah asam amino menjadi asam propionat pada kelenjar sebaceous.Staphylococcusepidermidis juga memiliki peran penting sebagai penyebab bau badan karena menghasilkan asam isovaleric

            Penelitian tentang bakteri kulit pernah dikembangkan oleh Julia Segre dari the National Human Genome Research Institute in Bethesda, Maryland. Sampel jenis bakteri yang dominan terdapat pada kulit manusia kebanyakan berasal dari satu genus yaitu Staphylococcus. Julia mengatakan bahwa terdapat 18 phylabacteri yang menetap di 22 jenis permukaan kulit. Bakteri yang ada di ketiak manusia berasal dari phylum yang sejenis sehingga seringkali ditemukan aroma ketiak yang serupa pada banyak manusia. Kulit manusia memiliki kelenjar yang berfungsi menurunkan temperatur tubuh pada kondisi panas atau usai beraktivitas.
            Kelenjar apocrine yang terutama terdapat pada daerah perakaran rambut, kelenjar apocrine terkonsentrasi pada bagian-bagian tubuh seperti ketiak, lipatan paha, daerah kemaluan, sekitar puting susu, dan pada daerah kaki. Kelenjar yang dihasilkan oleh kelenjar apocrine lebih kental dan berminyak karena mengandung lemak dan protein  Sebenarnya, keringat yang keluar melalui bagian-bagian tubuh tersebut tidaklah berbau, asalkan tidak dijahili oleh bakteri. Namun sayangnya, bakteri sangat menyukai material organik yang keluar bersamaan dengan keringat dari bagian-bagian tubuh tersebut. Bau badan muncul ketika terjadi kontak antara beberapa jenis bakteri di permukaan kulit dengan keringat yang keluar dari bagian tubuh. Bakteri tesebut kemudian menguraikan lemak dan protein dalam keringat yang dihasilkan oleh kelenjar apocrine dan menghasilkan senyawa asam, senyawa asam inilah yang menyebabkan bau tidak sedap pada tubuh kita yang dalam kehidupan sehari-hari kita kenal dengan bau badan (BB).

             Sedikitnya terdapat 4 (empat) macam bakteri yang menyebabkan bau badan, keempat bakteri tersebut adalah coccus aerob, micrococus, proprioni bacteri dan dhyphteroid aerob. Bakteri-bakteri tersebutlah yang menguraikan ikatan lemak dan protein dalam keringat, dan menghasilkan senyawa asam hexanoid yang berbau. Air yang keluar ini akan menguap dan meninggalkan sisa – sisa lemak dikulit sehingga mudah sekali bakteri berkembang biak dan mengeluarkan aroma yang tidak sedap. Contoh bakteri yang bisa memungkinkan ada pada keringat yang penyebab adanya bau badan, yaitu Staphylococcus epidermidis (bakteri yang memberikan bau seperti keju). Bakteri tersebut cukup berperan dalam merusak proteinseus yang dihasilkan oleh kelenjar apokrin. 
staphilpcoccus
gambar : Staphylococcus epidermidis
            Bau badan tidak hanya berbeda dalam perbedaan inidividu, juga berbeda pada beberapa daerah permukaan kulit pada inidvidu yang sama. Kelenjar apokrin mengandung sejumlah besar lipid yang dapat menghasilkan bau badan. Hasil penguraian bakteri inilah yang menyebabkan bau badan yang tidak sedap. Bakteri akan berperan pada pH sekrese apokrin yang netral atau agak alkali. 

            Untuk mengatasi bau badan  karena bakteri ini caranya adalah dengan membunuh bakteri penyebab bau tersebut, atau menghambat bakteri berkembangbiak agar tidak terbentuk reaksi yang menyebabkan bau. Membasi bakteri yang diperlukan adalah antibiotik. Dimana antibiotik ini berfungsi untuk membunuh bakteri. Berikut adalah beberapa cara mengatasi bau badan Menggunakan antiseptik / antibiotik Minyak cengkeh Minyak Oregano  Ekstrak biji anggur Ekstrak Daun Zaitun Cuka sari apel Minyak Eucalyptus 

DAFTAR REFERENSI

https://dennypedia.com/7-cara-menghilangkan-anyir-ketiak-hingga-ke-akar-akarnya/
http://www.perdoski.or.id/doc/mdvi/fulltext/31/203/11_Tinjauan_Pustaka_1.pdf
https://ratihaulia2.wordpress.com/2015/04/25/mikroba-pada-keringat-berkeringat-membuat-anda-bau-badan-ohhh-no-%EF%81%8C/
http://e-journal.uajy.ac.id/8605/2/1BL01211.pdf

MAKALAH ARSITEKTUR POHON

ARSITEKTUR POHON
TUGAS STRUKTUR TUMBUHAN
DISUSUN UNTUK MEMENUHI MATA KULIAH
STRUKTUR TUMBUHAN YANG DIAMPU OLEH
Dr. .Dra. UPIK YELIANTI, M.S
Dra. Hj. MUSWITA, M.Si

OLEH :
KELOMPOK 12
DINAH ALIFAH (A1C416061)
JULIANA SILVIA (A1C416017)
NAVA DYRAHMA I.K  (A1C416067)

logo_unja1 


PENDIDIKAN BIOLOGI REGULER A
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2017



KATA PENGANTAR

            Puji syukur kami haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kamidapat menyelsaikan makalah tentang Arsitektur Pohon. Meskipun dalam pembuatan makalah ini masih banyak terdapat kesalahan. Kami juga ingin berterima kasih kepada Dosen Pembimbing kami dalam mata kuliah Pendidikan Bahasa Indonesia  yaitu Ibu Dra. Hj. Muswita, M.Siyang telah banyak membantu dan memberi masukan kepada kami dalam menyelesaikan tugas ini.
            Kami juga sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam membantu menambah wawasan serta pengetahuan kita tentang Arsitektur Pohon. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
            Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dimasa depan.



Jambi,     April 2017


                                                                                             Penulis           




DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................4
  • LATAR BELAKANG.....................................................................................4
  • RUMUSAN MASALAH................................................................................5
  • TUJUAN PENULISAN..................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................6
2.1 PENGERTIAN ARSITEKTUR POHON..........................................................6
2.2 FAKTOR-FAKTOR PERTUMBUHAN POHON.............................................6
2.3 KRITERIA PENGGOLONGAN MODEL MORFOGENETIK.......................8
2.4 MODEL DAN ARSITEKTUR PERCABANGAN...........................................9
BAB III PENUTUP..............................................................................................15
KESIMPULAN......................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................16


BAB I
PENDAHULUAN
  • Latar Belakang

Arsitektur Pohon merupakan salah satu kajian lanjut dari ilmu dendrologi yang mempelajari perbedaan bentuk-bentuk pertumbuhan pohon yang kemudian digolongkan menjadi beberapa model arsitektur pohon. Model arsitektur pohon adalah bangunan dari suatu pohon sebagai hasil pertumbuhan meristematik pohon yang dikontrol secara morfogenetik. Morfogenetik yang dimaksud berbarti bahwa secara genetik pertumbuhan meristematik ini akan mempengaruhi bentuk fisik atau morfologi pohon, khususnya yang berhubungan dengan pola pertumbuhan batang, percabangan dan pembentukan pucuk terminal.
Dari penjelasan diatas dapat diketahui bahwa faktor utama yang mempengaruhi arsitektur pohon tersebut adalah pertumbuhan meristematiknya. Pola pertumbuhan tumbuhan bergantung pada letak meristem, meristem apical berada pada ujung akar dan pucuk tunas, menghasilkan sel-sel bagi tumbuhan untuk tumbuh memanjang searah tumbuhnya batang.



  • Rumusan Masalah
    • Apa Pengertian dari Arsitektur Pohon?
    • Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan pohon?
    • Apa saja kriteria Penggolongan Model Morfogenetik?
    • Apa saja Model-model dan Arsitektur Percabangan pada pohon ?

  • Tujuan Penelitian
    • Untuk mengetahui pengertian Arsitektur Pohon.
    • Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan pohon.
    • Untuk mengetahui kriteria Penggolongan Model Morfogenetik.
    • Untuk mengetahui Model-model dan Arsitektur dari Pohon.



BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Arsitektur Pohon

Arsitektur pohon merupakan salah satu kajian lanjut dari ilmu dendrologi yang mempelajari perbedaan bentuk-bentuk pertumbuhan pohon yang kemudian digolongkan menjadi beberapa model arsitektur pohon. Model arsitektur pohon adalah bangunan dari suatu pohon sebagai hasil pertumbuhan meristematik pohonyang dikontrol secara morfogenetik. Morfogenetik yang dimaksud berarti bahwa secara genetik pertumbuhan meristematik ini akan mempengaruhi bentuk fisik atau morfologi pohon, khususnya yang berhubungan dengan pola pertumbuhan batang, percabangan, dan pembentukan pucuk terminal.
Pohon-pohon yang berada pada kelompok biologi yang sama, cenderung memiliki kesamaan dalam bentuk dan pola arsitekturnya. Bersifat mantap pada tingkat spesies dan penting untuk persilahan.

2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Pohon

Suhardi (2005) menjelaskan bahwa pertumbuhan pohon dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu faktor genetic dan lingkungan sebagaimana ditunjukkan pada gambar berikut :
Kemudian menurut Supriyanto (2010; komunikasi pribadi) dijelaskan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan pohon terdiri atas 3 faktor, yaitu :
  1. Genetik (perilaku sel, arsitektur pohon dan akar, hormon, ZPT, serat, )
  2. Lingkungan (cahaya, tanah, air, cekaman, mikorhiza). Setiap tumbuhan mampu melakukan adaptasi lingkungan untuk mempertahankan hidupnya.
  3. Silvikultur (praktek silvikultur, IPM). Setiap praktek silvikultur akan mempengaruhi hasil akhir yang diperoleh.

Secara lebih rinci diketahui bahwa banyak faktor alasan atau penyebab yang mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan pohon. Apabila faktor tersebut kebutuhannya tidak terpenuhi maka tanaman tersebut bisa mengalami dormansi/dorman yaitu berhenti melakukan aktifitas hidup. Faktor pengaruh tersebut yakni :
  1. Faktor Suhu / Temperatur Lingkungan
Tinggi rendah suhu menjadi salah satu faktor yang menentukan tumbuh kembang, reproduksi dan juga kelangsungan hidup dari tanaman. Suhu yang baik bagi tumbuhan adalah antara 22 °C – 37 °C. Temperatur yang lebih atau kurang dari batas normal tersebut dapat mengakibatkan pertumbuhan yang lambat atau berhenti
  1. Faktor Kelembaban / Kelembapan Udara
Kadar air dalam udara dapat mempengaruhi pertumbuhan serta perkembangan tumbuhan. Tempat yang lembab menguntungkan bagi tumbuhan di mana tumbuhan dapat mendapatkan air lebih mudah serta berkurangnya penguapan yang akan berdampak pada pembentukan sel yang lebih cepat.
  1. Faktor Cahaya Matahari
Sinar matahari sangat dibutuhkan oleh tanaman untuk dapat melakukan fotosintesis (khususnya tumbuhan hijau). Jika suatu tanaman kekurangan cahaya matahari, maka tanaman itu bisa tampak pucat dan warna tanaman itu kekuning-kuningan (etiolasi). Pada kecambah, justru sinar mentari dapat menghambat proses pertumbuhan.

  1. Faktor Hormon
Hormon pada tumbuhan juga memegang peranan penting dalam proses perkembangan dan pertumbuhan seperti hormon auksin untuk membantu perpanjangan sel, hormon giberelin untuk pemanjangan dan pembelahan sel, hormon sitokinin untuk menggiatkan pembelahan sel dan hormon etilen untuk mempercepat buah menjadi matang.
Dengan diketahuinya faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan pohon ini, maka kita dapat melakukan penanaman pohon secar baik dan benar serta dapat menjaganya agar pohon maupun hutan yang ada di bumi ini tidak punah.

2.3 Kriteria Penggolongan Model Morfogenetik

Kriteria penggolongan model morfogenetik dibagi berdasarkan 8 hal, yaitu :
  1. Axis Monopodial / Simpodial. Axis Monopodial artinyaa kenampakan batang pokok hanya satu, sedangkan axis simpodial batang pokoknya lebih dari satu.
  2. Sifat pertumbuhan kontinyu/ritmik.Pertumbuhan kontinyu berarti tidak memiliki periodesitas pemanjangan), sedangkan pertumbuhan ritmik berarti memiliki periodesitas pada pemanjangannya.
  3. Titik tumbuh apikal terbatas/tidak terbatas. Apikal berhenti setelah timbul fase generatif.
  4. Distribusi daun spiralis/berseling(districhous).Duduk daun spiralis biasanya dijumpai pada axis yang vertikal, sedangkan duduk daun berseling biasanya dijumpai pada axis yang mendatar. 
  5. Bunga terminalis/lateralis.Bunga terminalis letaknya di ujung axis cabang atau batang, sedangkan bunga lateralis letaknya di ketiak daun.
  6. Arah percabangan plagiotropis/orthotropik. Plagiotropis berarti arah pertumbuhannya menuju ke samping dan kuncu ujung menghadap ke sampaing atau terkulai ke bawah, sedangkan orthotrof berarti arah pertumbuhannnya menuju ke atas dan begian kuncup ujung cabang ataupun ujung ranting tampak menghadap ke atas.
  7. Cabang syllepsis (plagiotropis pertama terpanjang dan terlebar)/ prolepsis(orthotropis pertama terpendek berupa sisik daun.Percabangan syllepsis yaitu percabangan yang dibentuk dari meristem lateral dengan perkembangan yang kontinyu, sedangkan percabangan prolepsis perkembangan cabang tidak kontinyu dengan beberapa periode istirahat dari meristem lateralis.
  8. Keluarnya cabang dari batang kontinyu/ritmik.Cabang kontinyu atau menerus apabila cabang tumbuh pada ketinggian tertentu pada batang pokok diikuti cabang-cabang lain, demikian seterusnya dan tidak jelas berulangnya, sedangkan cabang ritmik apabila beberapa cabang tumbuh pada ketinggian tertentu pada cabang pokok secara berulang dengan kelompok cabang yang satu dengan kelompok cabang berikutnya jelas terlihat. 

2.4 Model dan Arsitektur Percabangan
Pohon terbagi atas dua jenis, yaitu : Pohon Tak Bercabang dan Pohon Bercabang
  1. Pohon tak bercabang
Pohon yang ter bercabang adalah pohon yang vegetatifnya yang terdiri hanya dari satu sumbu yang dihasilkan oleh satu meristem. Meristem lain pada sumbu yakni yang terdapat dikuncup aksilar tidak tumbuh dan berkembang.
Contoh : kelapa (cocos nucifea)
  1. Model Holltum
Yaitu batang tumbuh terbatas, ada perhubungan terminal. Tak ada cabang (kecuali perbungaan), atau batang monopodial terbatas.Contoh : agave sp. (agaveceage)
  1. Model corner
Yaitu monopodial dan tak terbatas, dengan perhubungan lateral, tidak bercabang. Karena posisi perhubungannya lateral, maka maristem apical dapat tumbuh terus.Contoh : kelapa sawit (elatis guineensis, palmae)
  1. Pohon bercabang
Yaitu semua pohon yang bagian batang diatas tanah memperlihatkan lebih dari satu sumbu dan dibentuk oleh lebih dari satu meristem.
Kelompok pohon bercabang dibagi menjadi tiga (3), yaitu :
  1. Sumbu vegetatif semuanya ekivalen dan ortotrop
  • Kaulomer yang tumbuh sejak awal sampai kuncup terminal berkembang menjadi bunga atau perbungaan, sehingga kaulomer terhenti pertumbuhannya , semua kaulomer ini ekivalen (sama besar) dan ortotrop (percabangan yang tumbuh tegak lurus keatas).
Semua kaulomer memiliki asal, cara tumbuh dan fungsi biologis yang sama.
Berikut ada 3 dari 4 model yang dikenal :
  • Model Tomlinson
Sumbu batang ortotrop akan membentuk cabang ortotrop dari kuncup ketiak dibagian batang dibawah tanah. Sumbu baru ini itu ekivalen dengan sumbu induk dan membentuk perakaran sendiri. Pembentukan sumbu baru atau kaulomer itu bias terjadi berulang kali.Contoh : pisang ( musa paradisiaca)




  • Model chamberlain
Sumbu vegetatif diatas tanah tegak lurus, terdiri dari sejumlah kaulomer yang berkesinambungan menjadi sumbu semu yang lurus. Kaulomer pertama tumbuh sampai kuncup terminalnya membentuk bunga atau perbungaan sehingga sumbu terhenti pertumbuhannya.Contoh : jantropha multifida (euphorbiaceae)
  • Model leewenberg
Batang berupa simpodium, namun setiap kaulomer menghasilkan lebih dari satu kaulomer anak diujungnya, yang menepati ruang yang ada.Contoh : kamboja (plumeria acuminate, apocynaceae) dan singkong (manihot utilissima, euphorbiaceae)
  1. Sumbu vegetatif yang terdiferensiasi
Istilah diferensiasi disini berarti bahwa diantara sumbu-sumbu baru yang di bentuk terjadi perbedaan morfologi dan terdapat specialisasi fingsional. Dalam arsitektur pohon tercermin adanya pembagian kerja. Kini dapat dibedakan sumbu batang utam dari cabang.Penempatan organ seksual yakni perbungaan, bias terminal atau lateral.

Berikut ini diberikan 5 dari 15 model yang dikenal :
  • Model kariba
Batang merupakan simpodium. Kuncup terminal akan berhenti tumbuh karena jaringan meristem apeks berdiferensiasi manjadi parenkim.Contoh : pulai (aistonia macrophytia)
  • Model aubreville
Batang merupakan monopodium yang tumbuh retmis (berirama). Irama tumbuh itu mengakibatkan cabang plagiotrop (tumbuh kesamping) tersusun dalam lapisan-lapisan terpisah.Contoh : ketapang (terminalia catappa, cobretaceae).




  • Model rauh
Batang merupakan monopodium ortotrop. Pertumbuhan ritmis menngakibatkan cabang tersusun dalam karangan.Contoh : getah perca (havea brasiliensis, euphorbiaceae) dan pinus perkusi (pinaceae)
  • Model massart
Batang merupakan monopodium ortotrop. Pertumbuhan ritmis mengakibatkan cabang tersusun dalam karangan. Filotaksis pada batang adalah spiral.Contoh : pala (myristica fragrans, miristicaceae), dan kapok (ceiba pentandra, bombaceae).
  • Model roux
Batang merupakan monopodium ortotrop. Cabang padanya tersusun kontinu atau tersebar dan filotaksis batang adalah spiral.Contoh : kopi (coffea Arabica, rubiaceae).

  1. Sumbu vegetatif dengan struktur campur
Sumbu disini adalah sumbu yang melengkung. Bagian bawah yang vertical berperan sebagai bagian batang tegak dan yang horizontal berferan sebagai cabang.
Berikut diberikan 2 dari 3 model yang dikenal.
  • Model champagnat
Batang berupa simpodium. Bagian distal setiap kaulomber melengkung karena terlalu berat dan tidak didukung oleh jaringan penyokong yang cukup.Contoh : kembang merak (ceasalpinia pulcherrima, caesalpiniaceae).
  • Model troll
Batang berupa simpodium. Semua sumbu berarah plagiotrop sejak dini.Contoh : flamboyant (delonix regia, caesalpiniaceae), dan sirsak (annona muricata, annonaceae).
  1. Perubahan dalam kontruksi dasar dari percabangan
Karena masa hidup pohon cukup panjang, kemungkinan terkena luka atau gangguan lain selalu ada. Perubahan bias disebabkan
oleh peristiwa reiterasi, metamorphosis dan interkalasi.

  • Reiterasi
Disaat kerangka pohon terganggu, kuncup istirahat akan tumbuh dan mengulang kembali uratan perkembangan (urutan diferensiasi), yang diperlihatkan oleh tumbuhan induk ketika berkembang mulai dari kecambah.Reterasi yang disebabkan luka disebut reterasi traumatik. Namun, reiterasi dapat pula terjadi jika tumbuhan memperolah keadaan lingkungan yang menguntungkan dan disebut reterasi adaptif.
  • Metamorphosis
Perubahan potensial suatu sumbu batang atau cabang bias terjadi dengan tiga cara yaitu pengulangan model (reiterasi) dan perubahannya potensial cabang dari asalnya yang plagiotrop menjadi ortotrop, atau dari potensial ortotrop menjadi plagiotrop.Contohnya pada maesoopsi eminii. Adanya perubahan diatas dapat merangsang reterasi model arsitektur  pohon yang bersangkutan.
  • Interkelasi
Proses interkalasi terjadi ketika pohun tumbuh dan berkembang. Sementara itu bagian pohon yang menerima cahaya matahari makin menjauhi sumbu batang akibat memanjangnya cabang-cabang sepanjang batang kearah radial.
Pohon memiliki tiga zona yaitu :
  1. Adalah sumbu batang sebagai pendukung
  2. Adalah tepi luar tajuk pohon yang langsung terkena sinar matahari
  3. Adalah daerah pertengahan yang mendukung dan menjembatani tepi luar tajuk dengan sumbu utama batang pohon yang besar.


7d954cd9df71e0f7196d305e374b1ea1



DAFTAR PUSTAKA

CIRAD/GERDAT- Unité de modilisation des Plantes
Tomlison, P.B.  1983.  Tree Architecture : New Approaches Help to define The Elusive Biological Property of Tree Form.  American Scientist Vol. 7 (1) 1983.
UVED – Université virtuelle Environnement ét Développement Durable. Botany. Architectural Analysis. http://greenlab.cirad.fr/GLUVED/html/P1_Prelim/Bota/Bota_typo_018.html
Winter.  2003.  Tree architecture and Growth.  Forest stand Dynamics.
http://fauziahforester.blogspot.co.id/2013/05/paper-pengelolaan-das-arsitektur-pohon.html
http://forest-is-your-life.blogspot.co.id/2012/02/model-arsitektur-pohon.html
http://harjoshrian.blogspot.co.id/2014/03/dendrologi-arsitektur-pohon.html
http://ichsansuwandhi.blogspot.co.id/2011/01/arsitektur-pohon-dan-arsitektur-akar.html
http://meubatehawa.blogspot.co.id/
http://staff.unila.ac.id/janter/2012/09/04/cara-mengidentifikasi-model-arsitektur-pohon/
https://www.slideshare.net/ArborCulture/tree-architecture-pb-tomlinson


Selasa, 14 November 2017

Makalah Belajar dan Pembelajaran 'Teori-Teori Konteks Sosial'

TEORI-TEORI KONTEKS SOSIAL

TUGAS MAKALAH TEORI-TEORI KONTEKS SOSIAL
DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH BELAJAR DAN PEMBELAJARAN YANG DIAMPU OLEH :
Ali Sadikin, S.Pd, M.Pd.
Desfaur Natalia, S.Pd, M.Pd.
M.Erick Sanjaya, S.Pd, M.Pd.
Serly Zumeri, S.Pd, M.Pd.

DISUSUN OLEH :
Kelompok 6
Dinah Alifah                 A1C416061
Fajrini Wimarhadin     A1C416059
Yunike Elfawina           A1C416053
Yesi Repwinda              A1C416075
Gita Suryani                 A1C416021






PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2017



KATA PENGANTAR


Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan waktu yang telah di tentukan. Shalawat serta salam senantiasa tercurah limpahkan pada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW, sampai akhir zaman. Makalah Mata Kuliah Belajar Dan Pembelajaran yang berjudul “Teori Belajar Konteks Sosial” dapat terselesaikan tepat waktu.
Dengan selesainya makalah ini tak lupa penyusun menyampaikan terimakasih pada semua pihak yang telah membantu, menyumbangkan pikirannya, memberi kritik dan saran yang membangun sehingga makalah ini dapat diselesaikan. Akhirnya penyusun harapkan agar hasil dari makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembelajaran selanjutnya.


Jambi,  15 Oktober 2017


Penyusun




BAB I

PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang

Pesatnya perkembangan globalisasi yang terjadi saat ini sangat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan, khususnya gaya hidup sebagian masyarakat. Hal ini dapat dilihat dengan semakin bergesernya nilai-nilai lama menjadi nilai-nilai baru. Menghadapi tantangan ini, sebagian masyarakat yang sangat peduli terhadap perubahan tersebut tidak ingin ketinggalan dan akan berusaha mengimbangi perubahan tersebut. Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan belajar. Masyarakat perlu belajar tentang pertumbuhan dan perkembangan manusia agar dapat mengaplikasikan dirinya dengan baik di dalam kehidupan. Belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan kemampuan lainnya. Salah satu psikolog yang terkenal dengan teori pembelajaran adalah Albert Bandura. Teori Bandura yang sangat terkenal adalah Teori Pembelajaran Sosial (Social Learning Theory) yang menekankan pada komponen kognitif dari pikiran, pemahaman, dan evaluasi.
Perkembangan pengetahuan sejalan dengan perkembangan berbagai teori belajar, karena pengetahuan salah satunya diperoleh dengan belajar, sehingga tidak mustahil bermunculan teori-teori belajar antara lain, teori belajar kognitifisme, humanistik, behaviorisme dan lain-lain, yang masing-masing teori mempunyai kelemahan dan kelebihan.
Mencermati berbagai teori-teori belajar dengan segala kelebihan dan kekurangannya, Lev Vygotsky, dalam teorinya menjelaskan pada pentingnya hubungan antara individu dan lingkungan sosial dalam pembentukan pengetahuan, bahwa interaksi sosial merupakan faktor terpenting yang dapat memicu perkembangan kognitif seseorang. Vygotsky berpendapat bahwa proses belajar akan terjadi secara evisien dan efektif apabila anak belajar secara kooperatif dengan anak-anak lain dalam suasana dan lingkungan yang mendukung dalam bimbingan seseorang yang lebih mampu yaitu, guru atau orang dewasa. Dan berdasarkan teori inilah, kami membuat makalah ini sebagai pembelajaran bagaimana teori belajar sosial itu dan pengimplikasiaannya dalam pendidikan.

1.2 RumusanMasalah

1.2.1 Teori Bandura
     1.2.1.1. Apakah yang dimaksud dengan Belajar sosial?
     1.2.1.2. Bagaimanakah teori belajar sosial itu?
     1.2.1.3. Bagaimana eksperimen Albert Bandura?
     1.2.1.4. Apa jenis-jenis dari permodelan?
     1.2.1.5. Bagaimana karektistik-karektistik model yang efektif?
     1.2.1.6. Apa kelemahan dan Kelebihan teori belajar sosial Bandura?
     1.2.1.7. Bagaimana implikasinya dalam pendidikan dari teori belajar sosial?

1.2.2  Teori Vygostsky
      1.2.2.1.
 Apa yang dimaksud dengan teori belajar konstruktivisme menurut Vygotsky?
      1.2.2.
2. Apa saja prinsip dan konsep yang mendasari teori belajar konstruktivisme?
      1.2.2.
3. Bagaimana pembelajaran dalam teori belajar konstruktivisme?
      1.2.2.
4. Apa saja kelemahan dan kelebihan teori belajar konstruktivisme?

1.3 Tujuan

1.3.1. Teori Bandura
     1.3.1.1. Memahamipengertianbelajar sosial.
     1.3.1.2. Memahami teori belajar sosial.
     1.3.1.3. Mengetahuieksperimen Albert Bandura.
     1.3.1.4. Memahami jenis-jenis dari permodelan.
     1.3.1.5. Memahami karektistik-karektistik model yang efektif.
     1.3.1.6. Memahami kelebihan dan kelemahanteori belajar social Bandura.
     1.3.1.7. Memahami implikasi teori belajar sosial dalam pendidikan.

1.3.2 .Teori Vygostsky
1.3.2.1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan teori belajar konstruktivisme menurut       Vygotsky.
1.3.2.2. Mengetahui prinsip-prinsip dan konsep-konsep yang mendasari teori belajar konstruktivisme.
                  1.3.2.3. Mengetahui pembelajaran dalam teori belajar konstruktivisme.
                  1.3.2.4. Mengetahui kelemahan dan kelebihan teori belajar konstruktivisme.

BAB II.

PEMBAHASAN


2.1 Teori Bandura

2.1.1 Pengertian Belajar Sosial

a. Pengertian Belajar
Hamalik berpendapat bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku berkat pelatihan dan pengalaman. Belajar merupakan suatu proses dan bukan semata-mata hasil yang hendak dicapai. Menurut kamus umum bahasa Indonesia ditulis bahwa “ belajar: “berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu” Dari arti atau defenisi maka belajar merupakan suatu kegiatan atau aktivitas. Menurut Wikipedia bahwa belajar adalah suatu aktivitas yang di dalamnya terdapat sebuah proses dari tidak tahu menjadi tahu, tidak mengerti menjadi mengerti, tidak bisa menjadi bisa untuk mencapai hasil yang optimal. Berdasarkan definisi diatas maka belajar adalah suatu proses tingkah laku yang dari awalnya tidak tahu menjadi tahu.

b.Pengertian Sosial
Menurut Lewis sosial adalah sesuatu yang dicapai, dihasilkan dan ditetapkan dalam interaksi sehari-hari antara warga negara dan pemerintahannya. Menurut Peter Herman Sosial adalah sesuatu yang dipahami sebagai suatu perbedaan namun tetap merupakan sebagai satu kesatuan.Jadi sosial arti sempitnya berarti kemasyarakatan, dimana sosial adalah keadaan dimana terdapat kehadiran orang lain. Kehadiran itu bisa nyata anda lihat dan anda rasakan, namun juga bisa hanya dalam bentuk imajinasi. Setiap anda bertemu orang meskipun hanya melihat atau mendengarnya saja, itu termasuk situasi sosial. Begitu juga ketika anda sedang menelpon, atau chatting (ngobrol) melalui internet.

c.Pengertian Belajar Sosial
Berdasarkan kedua kesimpulan diatas maka belajar sosial adalah suatu proses tingkah laku dimana kita mengamati, bahkan meniru suatu pola perilaku orang lain  (masyarakat) yang awalnya tidak tahu menjadi tahu. Menurut Alex Sobur (2003) sendiri Belajar sosial adalah belajar yang bertujuan memperoleh ketrampilan dan pemahaman terhadap masalah-masalah sosial, penyesuaian terhadap nilai-nilai sosial dan sebagainya. Termasuk belajar jenis ini misalnya belajar memahami masalah keluarga, masalah penyelesaian konflik antar etnis atau antar kelompok, dan masalah-masalah lain yang bersifat sosial.

2.1.2 Teori Belajar Sosial

Albert Bandura sangat terkenal dengan teori pembelajaran social (Social Learning Teory) salah satu konsep dalam aliran behaviorisme yang menekankan pada komponen kognitif dari pikiran, pemahaman dan evaluasi. Iaseorang psikologi yang terkenal dengan teori belajar social atau kognitif social serta efikasi diri. Eksperimen yang sangat terkenal adalah eksperimen Bobo Doll yang menunjukkan anak – anak meniru seperti perilaku agresif dari orang dewasa disekitarnya.
  Teori kognitif sosial (social cognitive theory) yang dikemukakan oleh Albert Bandura menyatakan bahwa faktor sosial dan kognitif serta factor pelaku memainkan peran penting dalam pembelajaran. Faktor kognitif berupa ekspektasi/ penerimaan siswa untuk meraih keberhasilan, factor social mencakup pengamatan siswa terhadap perilaku orang tuanya. Albert Bandura merupakan salah satu peracang teori kognitif social. Meourut Bandura ketika siswa belajar mereka dapat merepresentasikan atau mentrasformasi pengalaman mereka secara kognitif. Bandura mengembangkan model deterministic resipkoral yang terdiri dari tiga faktor utama yaitu perilaku, person/kognitif dan lingkungan. Faktor ini bisa saling berinteraksi dalam proses pembelajaran. Faktor lingkungan mempengaruhi perilaku, perilaku mempengaruhi lingkungan, faktor person/kognitif mempengaruhi perilaku. Faktor person Bandura tak punya kecenderungan kognitif terutama pembawaan personalitas dan temperamen. Faktor kognitif mencakup ekspektasi, keyakinan, strategi pemikiran dan kecerdasan.


Gambar 2.1: Hubungan antara tingkah laku (behavioristic), person/kognitif, dan Lingkungan belajar (Learning environment) menurut Bandura.
Teori Belajar Sosial (Social Learning) oleh Bandura menekankan bahwa kondisi lingkungan dapat memberikan dan memelihara respon-respon tertentu pada diri seseorang. Asumsi dasar dari teori ini yaitu sebagian besar tingkah laku individu diperoleh dari hasil belajar melalui pengamatan atas tingkah laku yang ditampilkan oleh individu – individu lain yang menjadi model. Bandura menyatakan bahwa orang belajar banyak perilaku melalui peniruan, bahkan tanpa adanya penguat (reinforcement) sekalipun yang diterima. Kita bisa meniru beberapa perilaku hanya melalui pengamatan terhadap perilaku model, dan akibat yang ditimbulkannya atas model tersebut. Proses belajar semacam ini disebut "observational learning"  atau  pembelajaran melalui pengamatan. Selama jalannya Observational Learning, seseorang mencoba melakukan tingkah laku yang dilihatnya dan reinforcement/ punishment berfungsi sebagai sumber informasi bagi seseorang mengenai tingkah laku mereka.
Teori belajar sosial ini menjelaskan bagaimana kepribadian seseorang berkembang melalui proses pengamatan, di mana orang belajar melalui observasi atau pengamatan terhadap perilaku orang lain terutama pemimpin atau orang yang dianggap mempunyai nilai lebih dari orang lainnya. Istilah yang terkenal dalam teori belajar sosial adalah modeling (peniruan). Modeling lebih dari sekedar peniruan atau mengulangi perilaku model tetapi modeling melibatkan penambahan dan atau pengurangan tingkah laku yang teramati, menggeneralisir berbagai pengamatan sekaligus melibatkan proses kognitif.
Menurut Bandura (1986) mengemukakan empat komponen dalam proses belajar meniru (modeling) melalui pengamatan, yaitu:
1.      Atensi/ Memperhatikan
Sebelum melakukan peniruan terlebih dahulu, orang menaruh perhatian terhadap model yang akan ditiru. Keinginan untuk meniru model karena model tersebut memperlihatkan atau mempunyai sifat dan kualitas yang hebat, yang berhasilk, anggun, berkuasa dan sifat-sifat lain. Dalam hubungan ini Bandura memberikan contoh mengenai pengaruh televisi dengan model-modelnya terhadap kehidupan dalam masyarakat, terutama dalam dunia anak-anak.
Keinginan memperhatikan dipengaruhi oleh kebutuhan-kebutuhan dan minat-minat pribadi. Semakin ada hubungannya dengan kebutuhan dan minatnya, semakin mudah tertarik perhatiannya; sebaliknya tidak adanya kebutuhan dan minat, menyebabkan seseorang tidak tertarik perhatiannya.



2.      Retensi/ Mengingat
Setelah memperhatikan dan mengamati suatu model, maka pada saat lain anak memperlihatkan tingkah laku yang sama dengan model tersebut. Anak melakukan proses retensi atau mengingat dengan menyimpan memori mengenai model yang dia lihat dalam bentuk simbol-simbol. Bandura mengemukakan kedekatan dalam rangsang sebagai faktor terjadinya asosiasi antara rangsang yang satu dengan rangsang yang lain bersama-sama. Timbulnya satu ingatan karena ada rangsang yang menarik ingatan lain untuk disadari karena kualitas rangsang-rangsang tersebut kira-kira sama atau hampir sama dan ada hubungan yang dekat.
Bentuk simbol-simbol yang diingat ini tidak hanya diperoleh berdasarkan pengamatan visual, melainkan juga melalui verbalisasi. Ada simbol-simbol verbal yang nantinya bisa dtampilkan dalam tingkah laku yang berwujud. Pada anak-anak yang kekayaan verbalnya masih terbatas, maka kemampuan meniru hanya terbatas pada kemampuan mensimbolisasikan melalui pengamatan visual.

3.      Memproduksi gerak motorik
Supaya bisa mereproduksikan tingkah laku secara tepat, seseorang harus sudah bisa memperlihatkan kemampuan–kemampuan motorik. Kemampuan motorik ini juga meliputi kekuatan fisik. Misalnya seorang anak mengamati ayahnya mencangkul di ladang. Agar anak ini dapat meniru apa yang dilakukan ayahnya, anak ini harus sudah cukup kuat untuk mengangkat cangkul dan melakukan gerak terarah seperti ayahnya.

4.      Ulangan – penguatan dan motivasi
Setelah seseorang melakukan pengamatan terhadap suatu model, ia akan mengingatnya. Diperlihatkan atau tidaknya hasil pengamatan dalam tingkah laku yang nyata, bergantung pada kemauan atau motivasi yang ada. Apabila motivasi kuat untuk memperlihatkannya, misalnya karena ada hadiah atau keuntungan, maka ia akan melakukan hal itu, begitu juga sebaliknya. Mengulang suatu perbuatan untuk memperkuat perbuatan yang sudah ada, agar tidak hilang, disebut ulangan– penguatan.Dalam tumbuh kembang anak, teori ini sangat berguna sebagai bentuk acuan pembelajaran yang tepat untuk anak. Orang tua, guru, atau pihak-pihak lain dapat mengoptimalkan tumbuh kembang anak dengan menerapkan teori ini. mereka dapat lebih memahami tindakan apa yang pantas atau tidak untuk ditunjukkan kepada anak sebagai bentuk pembelajaran dan pembentukan pola tingkah laku diri.

2.1.3 EksperimenAlbert Bandura

Eksperimen yang sangat terkenal adalah eksperimen Bobo Doll yang menunjukkan anak – anak meniru seperti perilaku agresif dari orang dewasa disekitarnya. Albert Bandura seorang tokoh teori belajar social ini menyatakan bahwa proses pembelajaran dapat dilaksanakan dengan lebih berkesan dengan menggunakan pendekatan “permodelan “. Beliau menjelaskan lagi bahwa aspek perhatian pelajar terhadap apa yang disampaikan atau dilakukan oleh guru dan aspek peniruan oleh pelajar akan dapat memberikan kesan yang optimum kepada pemahaman pelajar.

Eksperimen Pemodelan Bandura :

KUMPULAN A = Disuruh memerhati sekumpulan orang dewasa memukul, menumbuk, menendang dan menjerit kearah patung besar Bobo.
Hasil = Meniru apa yang dilakukan orang dewasa malahan lebih agresif.

KUMPULAN B = Disuruh memerhati sekumpulan orang dewasa bermesra dengan patung besar Bobo.
Hasil = Tidak menunjukkan sebarang tingkah laku agresif seperti kumpulan

Rumusan:
Tingkah
laku kanak-kanak dipelajari melalui peniruan/ permodelan.


Hasil keseluruhan eksperimen:
Kumpulan A menunjukkan tingkah laku lebih agresif dari orang dewasa. B tidak menunjukkan tingkah laku agresif.

RUMUSAN:
Tingkah
laku peniruan/permodelan adalah hasil dari peneguhan.


Gambar2.3 : Gambar Pemodelan Albert Bandura

Subjek terdiri dari pada kanak-kanak pra sekolah. Subjek dalam kumpulan eksperim mental didedahkan kepada model manusia sebenar, kartun atau model dalam film yang terlibat dengan tingkah laku agresif terhadap patung (doll) plastik yang besar. Subjek-subjek itu mungkin memukul dengan kayu, menendang atau menumbuk patung plasktik itu. Manakala dalam kumpulan kawalan, subjek melihat model-model yang sama tidak melakukan apa-apa pun terhadap patung plastik. Hasil kajian menunjukkan bahawa kanak-kanak dalam kumpulan eksperimen mempamerkan tingakahlaku agresif apabila dibiarkan bersama patung plasti berkenaan.

2.1.4 Jenis-jenis Permodelan

Jenis – jenis permodelan:
1. Peniruan Langsung
Pembelajaran langsung dikembangkan berdasarkan teori pembelajaran social Albert Bandura. Ciri khas pembelajaran ini adalah adanya modeling , yaitu suatu fase dimana seseorang memodelkan atau mencontohkan sesuatu melalui demonstrasi bagaimana suatu ketrampilan itu dilakukan. Meniru tingkah laku yang ditunjukkan oleh model melalui proses perhatian. Contoh : Meniru gaya penyanyi yang disukai.



2. Peniruan Tak Langsung
Peniruan Tak Langsung adalah melalui imaginasi atau perhatian secara tidak langsung. Contoh : Meniru watak yang dibaca dalam buku, memperhatikan seorang guru mengajarkan rekannya.

3. Peniruan Gabungan
Peniruan jenis ini adalah dengan cara menggabungkan tingkah laku yang berlainan yaitu peniruan langsung dan tidak langsung. Contoh : Pelajar meniru gaya gurunya melukis dan cara mewarnai daripada buku yang dibacanya.

4. Peniruan Sesaat / seketika.
Tingkah laku yang ditiru hanya sesuai untuk situasi tertentu saja. Contoh : Meniru Gaya Pakaian di TV, tetapi tidak boleh dipakai di sekolah.

5. Peniruan Berkelanjutan
Tingkah laku yang ditiru boleh ditonjolkan dalam situasi apapun. Contoh : Pelajar meniru gaya bahasa gurunya.

 Hal lain yang harus diperhatikan bahwa faktor model atau teladan mempunyai prinsip -prinsip sebagai berikut :
1. Tingkat tertinggi belajar dari pengamatan diperoleh dengan cara mengorganisasikan sejak awal dan mengulangi perilaku secara simbolik kemudian melakukannya. Proses mengingat akan lebih baik dengan cara perilaku yang ditiru dituangkan dalam kata – kata, tanda atau gambar daripada hanya melihat saja. Sebagai contoh : Belajar gerakan tari dari pelatih memerlukan pengamatan dari berbagai sudut yang dibantu cermin dan seterusnya ditiru oleh para pelajar pada masa yang sama, kemudian proses meniru akan efisien jika gerakan tari tadi juga didukung dengan penayangan video, gambar, atau kaedah yang ditulis dalam buku panduan.

2. Individu lebih menyukai perilaku yang ditiru jika sesuai dengan nilai yang dimilikinya.

3. Individu akan menyukai perilaku yang ditiru jika model tersebut disukai dan dihargai serta perilakunya mempunyai nilai yang bermanfaat.
Teori belajar social dari Bandura ini merupakan gabungan antara teori belajar behavioristik dengan penguatan dan psikologi kognitif, dengan prinsip modifikasi tingkah laku. Proses belajar masih berpusat pada penguatan, hanya terjadi secara langsung dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Sebagai contoh : Penerapan teori belajar social dalam iklan sabun ditelevisi. Iklan selalu menampilkan bintang – bintang yang popular dan disukai masyarakat, hal ini untuk mendorong konsumen agar membeli sabun supaya mempunyai kulit seperti para “bintang “.
Motivasi banyak ditentukan oleh kesesuaian antara karakteristik pribadi pengamat dengan karakteristik modelnya. Ciri – cirri model seperti usia, status social, seks, keramahan, dan kemampuan, penting dalam menentukan tingkat imitasi. Anak – anak lebih senang meniru model seusianya daripada model dewasa. Anak – anak juga cenderung meniru model yang sama prestasinya dalam jangkauannya. Anak – anak yang sangat dependen cenderung imitasi model yang dependennya lebih ringan. Imitasi juga dipengaruhi oleh interaksi antara ciri model dengan observernya.

2.1.5.   Karakteristik Model yang Efektif

Menurut Jeanne Ellis ormrod (2008) ada 4 karakteristik dari beberapa model yaitu:
1.Kompetensi:pembelajar biasanya meniru orang-orang yang melakukan sesuatu dengan baik, bukan sebaliknya. Mereka akan mencoba meniru keterampilan bermain bola dariseorang pemain bola professional yang sudah punya skill. Pembelajar mendapatkan manfaat tidak hanya dari mengamati apa yang dilakukan oleh model kompeten, melainkan juga dari melihat hasil dari hasil akhir yang telah diciptakan oleh model yang kompeten tersebut.
2.Prestise dan kekuasaan:Anak-anak remaja sering meniru orang yang terkenal atau orang yang berkuasa. Beberapa model yang efektif, pemimpin dunia, atlet terkenal, bintang rock popular adalah orang-orang yang terkenal di tingkat nasional maupun internasional. Jadi, selain sendiri mencontohkan perilaku yang diharapkan sebaiknya memajan (expose) siswa dengan berbagai model yang mungkin mereka anggap kompeten dan berprestise.
3.Perilaku “Sesuai-Jender”:Pembelajar paling mungkin mengadopsi perilaku yang mereka anggap sesuai dengan jender mereka. Individu yang berbeda, tentu saja, bisa mendefinisikan yang sesuai jender dengan agak berbeda. Sebagai contoh, beberapa anak perempuan mungkin menjauhkan diri dari berkarir di bidang matematika, yang mereka rasa terlalu maskulin.
4.Perilaku yang relevan dengan situasi pembelajar sendiri: pembelajar paling mungkin mengadopsi perilaku yang mereka yakini akan membantu mereka dalam situasi mereka. Sebagai contoh, seseorag siswa sekolah menengah lebih mungkin meniru cara berpakaian teman-teman sekelasnya yang popular jika dia berpikir dia dapat menjadi popular dengan mengenakan pakaian semacam itu.

Banyak penelitian telah dilakukan  mengenai dampak model pada tiga area: keterampilan akademis (academic skilss), agresi (aggression), dan perilaku intrapersonal (interpersonal behaviors).
1. Keterampilan Akademis (academic skills)
 Siswa mempelajari banyak keterampilan akademis, setidaknya sebagian, dengan mengamati apa yang dilakukan orang lain. Misalnya, mereka mungkin belajar bagaimana memecahkan soal pembagian yang panjang atau menulis karangan yang kohesif sebagian dengan mengamati bagaimana guru dan teman mereka melakukan hal tersebut. Pemodelan keterampilan akademik secara khusus dapat efektif ketika model memperagakan tidak hanya bagaimana melakukan suatu tugas, tapi juga bagaimana memikirkan tugas tersebut.

2.Agresi (aggression)
Banyak kajian penelitian telah menunjukkan bahwa anak-anak menjadi lebih agresif ketika mereka mengamati model yang agresif atau berperilaku kasar. Anak-anak mempelajari agresi tidak hanya dari model hidup (live models), tapi juga dari model simbolik (symbolic models) yang mereka lihat di film, televise, atau video game.

3.Perilaku Interpersonal
Dengan mengamati dan meniru orang lain, pembelajar mendapatkan banyak keterampilan interpersonal. Sebagai contoh, dalam kelompok kecil dengan teman-teman kelas, anak-anak bias mengadopsi strategi satu sama lain untuk melakukan diskusi mengenai kesusasteraan, mungkin belajar bagaimana meminta pendapat satu sama lain (“Bagaimana menurutmu, Jalisha?”), mengepresikan persetujuan atau ketidaksetujuan (“aku setuju dengan kordel karena …… “), dan membenarkan suatu sudut pandang (“aku pikir hal itu sebaiknya tidak diperbolehkan, karena ……”).


2.1.6  Kelebihan dan Kelemahan Teori Belajar Sosial Bandura

a. Kelebihan
Teori Albert Bandura lebih lengkap dibandingkan teori belajar sebelumnya , karena itu menekankan bahwa lingkungan dan perilaku seseorang dihubungkan melalui system kognitif orang tersebut. Bandura memandang tingkah laku manusia bukan semata – mata reflex atas stimulus ( S-R bond), melainkan juga akibat reaksi yang timbul akibat interaksi antara lingkungan dengan kognitif manusia itu sendiri. Pendekatan teori belajar social lebih ditekankan pada perlunya conditioning ( pembiasan merespon ) dan imitation ( peniruan ). Selain itu pendekatan belajar social menekankan pentingnya penelitian empiris dalam mempelajari perkembangan anak – anak. Penelitian ini berfokus pada proses yang menjelaskan perkembangan anak – anak, faktor social dan kognitif.

b.  Kelemahan
Teori pembelajaran Sosial Bandura sangat sesuai jika diklasifikasikan dalam teori behavioristik. Ini karena, teknik pemodelan Albert Bandura adalah mengenai peniruan tingkah laku dan adakalanya cara peniruan tersebut memerlukan pengulangan dalam mendalami sesuatu yang ditiru. Selain itu juga, jika manusia belajar atau membentuk tingkah lakunya dengan hanya melalui peniruan ( modeling ), sudah pasti terdapat sebagian individu yang menggunakan teknik peniruan ini juga akan meniru tingkah laku yang negative , termasuk perlakuan yang tidak diterima dalam masyarakat.

2.1.7 Implikasi Teori Belajar Sosial dalam Pendidikan

Berdasarkan Teori Pembelajaran Sosial yang dipelopori oleh Albert Bandura, pemerhati akan meniru setiap tingkah laku 'model' sekiranya tingkah laku model tersebut mempunyai ciri-ciri seperti bakat, kecerdasan, kuasa, kecantikan atau pun populariti yang diminati oleh pemerhati.Sudah tentu, sebagai seorang guru, kita sewajarnya turut mempunyai sedikit / sebanyak mengenai ciri-ciri yang disebutkan di atas. Ia secara tidak langsung amat berkait rapat terhadap proses pengajaran dan pembelajaran.
Antara implikasi yang berkait rapat dengan Teori Pembelajaran Sosial terhadap pengajaran dan pembelajaran yang pertama ialah sebagaiseorang guru, amat penting bagi kita memberi setiap orang murid peluang untuk memerhati dan mencontohi berbagai jenis model yang menunjukkan tingkah laku yang diingini.  Oleh yang demikian, kita hendaklah memastikan bahawa kita sendiri boleh menunjukkan tingkahlaku yang boleh diteladani serta memaklumkan kepada anak murid berkenaan kesan sesuatu tingkah laku yang tidak bermoral, melanggar norma-norma masyarakat dan undang-undang, bersifat eksploitasi dan manipulasi dan sebagainya. Kedua, kita sebagai guru perlu memastikan dan berusaha menyediakan persekitaran sosial yang kondusif agar modeling boleh berlaku. Perkara seperti memberi insentif, pengukuhan dan sokongan moral seharusnya diberi kepada murid-murid secara terus menerus bagi menggalakkan berlakunya tingkahlaku yang baik dalam kalangan murid-murid pada masa kini.
Selain itu, persembahan pengajaran seseorang guru seharusnya tersusun dan dapat menarik minat dan perhatian murid-murid serta seharusnya dapat dijadikan model untuk diikuti oleh mereka. Guru mestilah senantiasa  mahir dalam komunikasi agar setiap kali sesi demonstrasi pembelajaran di dalam kelas jelas,dapat dipahami dan dapat diikuti oleh murid dengan mudah dan tepat. Contohnya, jika guru mengajar cara-cara untuk menghasilkan lukisan, guru mestilah menerangkan dahulu langkah-langkahnya agar ia dapat diikuti oleh murid secara mudah.

Menurut Jeanne Ellis Ormrod (2008) yang membagi-bagi implikasi teori belajar sosial ke dalam 5 bagian berdasarkan asumsi-asumsi dasar teori kognitif sosial yaitu:



2.2 Teori Vygostsky
2.2.1.    Latar Belakang Tokoh
Nama lengkap Vygotsky adalah Lev Semonovich Vygotsky yang lahir tahun 1896 di Tsarist Russia, di suatu kota Orscha, Belorussia, dari keluarga kelas menengah Keturunan Yahudi. Dia tumbuh dan besar di Gomel, suatu   kota sekitar 400 mil bagian barat Moscow. Sewaktu dia masih muda, dia tertarik pada studi-studi kesusasteraan, analisis sastra, menjadi seorang penyair dan Filosof.
Memasuki usia 18 tahun, dia menulis suatu ulasan tentang Shakespeare’s Hamlet yang kemudian dimasukkan dalam satu dari berbagai tulisannya mengenai psikologi. Dia memasuki sekolah kedokteran di Universitas Moscow dan dalam waktu yang tidak lama kemudian dia pindah ke sekolah hukum sambil mengambil studi kesusasteraan pada salah satu universitas swasta. Dia menjadi tertarik pada psikologi pada umur 28 tahun.
Vygotsky mengajar kesusasteraan di suatu sekolah Provinsi, sebelum memberi kuliah psikologi pada suatu sekolah keguruan. Dia dipercaya membawakan kuliah psikologi walaupun secara formal tidak pernah mengambil studi psikologi. Dari sinilah dia semakin tertarik dengan kajian psikologi sehingga menulis disertasi Ph.D. mengenai ”Psychology of Art” di Moscow Institute of Psychology pada tahun 1925.
Vygotsky bekerja kolaboratif bersama Alexander Luria and Alexei Leontiev dalam membuat dan menyusun proposal penelitian yang sekarang ini dikenal dengan pendekatan Vygotsky. Selama hidupnya Vygotsky mendapat tekanan yang begitu besar dari pemegang kekuasaan dan para penganut idelogi politik di Rusia untuk mengadaptasi dan mengembangkan teorinya.
Setelah dia meninggal pada usia yang masih dibilang sangat muda (38 tahun), pada tahun 1934 akibat menderita penyakit tuberculosis (TBC), barulah seluruh ide dan teorinya diterima oleh pemerintah dan tetap dianut dan dipelajari oleh mahasiswanya. Kepeloporannya dalam meletakkan dasar tentang psikologi perkembangan telah banyak mempengaruhi sekolah pendidikan di Rusia yang kemudian teorinya berkembang dan dikenal luas di seluruh dunia hingga saat ini.

2.2.2  Pengertian Teori Belajar Menurut Vygotsky
Konstruktivisme adalah sebuah epistemologi atau penjelasan filosofis tentang sifat pembelajaran. Para teoritis mengemukakan bahwa pengetahuan tidak diatur dalam diri seseorang tetapi terbentuk dalam dirinya. Dasar pemikiran inti konstruktivisme adalah proses kognitif ditempatkan dalam konteks fisik dan sosial.
Salah satu teori atau pandangan yang sangat terkenal berkaitan dengan teori konstruktivisme adalah teori perkembangan mental Piaget. Teori ini biasa juga disebut teori perkembangan intelektual atau teori perkembangan kognitif. Teori belajar tersebut berkenaan dengan kesiapan anak untuk belajar, yang dikemas dalam tahap perkembangan intelektual dari lahir hingga dewasa. Setiap tahap perkembangan intelektual yang dimaksud dilengkapi dengan ciri-ciri tertentu. Sebagai contohnya, pada tahap sensori motor anak berpikir melalui gerakan atau perbuatan (Schunk, 2012). Selanjutnya, Piaget juga menegaskan bahwa pengetahuan tersebut dibangun dalam pikiran anak melalui asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah penyerapan informasi baru dalam pikiran. Sedangkan, akomodasi adalah menyusun kembali struktur pikiran karena adanya informasi baru, sehingga informasi tersebut mempunyai tempat (Schunk, 2012). Pengertian tentang akomodasi yang lain adalah proses mental yang meliputi pembentukan skema baru yang cocok dengan rangsangan baru atau memodifikasi skema yang sudah ada sehingga cocok dengan rangsangan itu (Suparno, 1996: 7).
Konstruktivis ini dikritik oleh Vygotsky, yang menyatakan bahwa siswa dalam mengkonstruksi suatu konsep perlu memperhatikan lingkungan sosial. Lingkungan sosial memengaruhi kognisi melalui objek kultural, bahasa, simbol-simbol, dan institusi sosial. Konsep utamanya adalah zone of proximal development (ZPD) yaitu, jarak antara tingkat perkembangan sesungguhnya yang ditunjukkan dalam kemampuan pemecahan masalah secara mandiri dan tingkat kemampuan perkembangan potensial yang ditunjukkan dalam kemampuan pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu.
Teori Vygotsky yang lain adalah “scaffolding“. Scaffolding adalah memberikan kepada anak bantuan selama tahap-tahap awal pembelajaran dan kemudian mengurangi bantuan tersebut serta memberikan kesempatan kepada anak untuk mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar segera setelah ia mampu mengerjakan sendiri. Bantuan yang diberikan guru dapat berupa petunjuk, peringatan, dorongan, serta menguraikan masalah ke dalam bentuk lain yang memungkinkan siswa dapat mandiri.
Sulit mengevaluasi kontribusi teori Vygotsky dalam pembelajaran karena kebanyakan penelitian masih terbilang baru dan banyak aplikasi pendidikan yang bukan merupakan bagaian dari teori, tetapi tamapak sesuai dalam konteks teori tersebut. Aplikasi yang mencerminkan ide Vygotsky adalah pemberian bantuan pengajaran, pengajaran timbal balik, kerja sama dengan teman sebaya, dan praktik magang.

2.2.3.  Prinsip dan Konsep Teori Belajar Konstruktivisme
Ratumanan (2004:45) mengemukakan bahwa karya Vygotsky didasarkan pada dua ide utama. Pertama, perkembangan intelektual dapat dipahami bila ditinjau dari konteks historis dan budaya pengalaman anak. Kedua, perkembangan bergantung pada sistem-sistem isyarat mengacu pada simbol-simbol yang diciptakan oleh budaya untuk membantu orang berfikir, berkomunikasi dan memecahkan masalah, dengan demikian  perkembangan kognitif anak mensyaratkan sistem  komunikasi budaya dan belajar menggunakan sistem-sistem ini  untuk menyesuaikan proses-proses berfikir diri sendiri.

Berkaitan dengan pembelajaran, Vygotsky mengemukakan empat prinsip seperti yang dikutip oleh (Slavin, 2000: 256) yaitu:

1.      Pembelajaran sosial (social leaning)
M
erupakan pendekatan pembelajaran yang dipandang sesuai adalah pembelajaran kooperatif. Vygotsky menyatakan bahwa siswa belajar melalui interaksi bersama dengan orang dewasa atau teman yang lebih cakap.

2.      ZPD (zone of proximal development). 
Bahwa siswa akan dapat mempelajari konsep-konsep dengan baik jika berada dalam ZPD. Siswa bekerja dalam ZPD jika siswa tidak dapat memecahkan masalah sendiri, tetapi dapat memecahkan masalah itu setelah mendapat bantuan orang dewasa atau temannya. Vygotsky percaya bahwa anak akan jauh lebih berkembang jika berinteraksi dengan orang lain. Vygotsky membedakan antara actual development dan potential development  pada anak.Actual development menentukan apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu tanpa bantuan orang dewasa atau guru. Sedangkan potensial developmentmembedakan apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu, memecahkan masalah di bawah petunjuk orang dewasa atau kerjasama dengan teman sebaya. Menurut teori Vygotsky, Zona Perkembangan Proksimal merupakan celah antara actual development dan potensial development, di mana antara apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu tanpa bantuan orang dewasa dan apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu dengan arahan orang dewasa atau kerjasama dengan teman sebaya.


3.      Masa Magang Kognitif (cognitif apprenticeship). 
Suatu proses yang menjadikan siswa sedikit demi sedikit memperoleh kecakapan intelektual melalui interaksi dengan orang yang lebih ahli, orang dewasa, atau teman yang lebih pandai.

4.      Pembelajaran Termediasi (mediated learning).
Vygostky menekankan pada scaffolding.Siswa diberi masalah yang kompleks, sulit, dan realistik, dan kemudian diberi bantuan secukupnya dalam memecahkan masalah siswa. 

Yang terpenting dalam teori konstruktivisme adalah bahwa dalam proses pembelajaran, siswa yang harus aktif mengembangkan pengetahuan mereka, bukan pembelajar atau orang lain. Siswa harus bertanggung jawab terhadap hasil belajarnya. Kreativitas dan keaktifan akan membantu siswa untuk berdiri sendiri dalam kehidupan kognitif sehingga belajar lebih diarahkan pada experimental learning yaitu merupakan adaptasi berdasarkan pengalaman konkrit di laboratorium, diskusi dengan teman sekelas, yang kemudian di implementasikan dan dijadikan ide untuk pengembangan konsep baru.
Aliran psikologi yang dipegang oleh Vygotsky lebih mengacu pada kontruktivisme karena ia lebih menekankan pada hakikat pembelajaran sosiokultural.  Dalam analisisnya, perkembangan kognitif seseorang disamping ditentukan oleh individu sendiri secara aktif, juga ditentukan oleh lingkungan sosial secara aktif.

2.2.4.  Pembelajaran dalam Teori Belajar Konstruktivisme
Belajar dalam konsep sebuah setting konstruktivis bukan berarti membiarkan siswa melakukan apa saja yang mereka kehendaki. Dalam kelas konstruktivis, difokuskan untuk mengatur lingkungan pembelajaran yang dapat membangun pengetahuan dan keterampilan yang baru bagi siswa secara efektif (Schunk, 2003). Adapun ciri – ciri pembelajaran secara kontruktivisme adalah:
1.      Memberi peluang kepada murid membina pengetahuan baru melalui penglibatan dalam dunia sebenarnya 
2.       Menyokong pembelajaran secara kooperatif 
3.      Mendorong terjadinya kemandirian dan inisiatif belajar pada siswa
4.      Mengajak siswa aktif dalam pembelajaran.
5.      Menganggap pembelajaran sebagai suatu proses yang sama penting dengan hasil pembelajaran.
6.      Mendorong siswa agar mampu melakukan penyelidikan.
7.      Menghargai peranan pengalaman kritis dalam belajar.
8.      Mendorong berkembangnya rasa ingin tahu yang alami pada siswa.
9.      Penilaian belajar lebih menekankan pada kinerja dan pemahaman siswa.
10.  Menekankan pentingnya bagaimana siswa belajar.

Secara garis besar, prinsip-prinsip konstruktivisme yang diterapkan dalam belajar mengajar adalah:
1.      Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri.
2.      Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke murid, kecuali hanya dengan keaktifan murid sendiri untuk menalar.
3.      Murid aktif mengkontruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi perubahan konsep ilmiah.
4.      Guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses kontruksi berjalan lancar.
5.      Menghadapi masalah yang relevan dengan siswa.
6.      Menyesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan siswa.
7.      Menciptakan lingkungan kelas sebagai kelompok yang mendukung interaksi social.
8.      Guru menjadi model, motivator dan fasilitator bagi anak
9.      Membangun hubungan dengan semua anak dalam kelompok atau dengan anak secara perseorangan.
10.  Guru atau orang dewasa harus memiliki kemampuan yang diperlukan untuk memberi pijakan tepat bagi anak.

2.2.5.   Kelemahan dan Kelebihan Teori Belajar Konstruktivisme
1.      Kelebihan
a)      Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasan secara eksplisit dengan menggunakan bahasa siswa sendiri.
b)      Memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki siswa sehingga siswa terdorong untuk membedakan dan memadukan gagasan tentang fenomena yang menantang siswa.
c)      Memberi siswa kesempatan untuk berpikir tentang pengalamannya. Ini dapat mendorong siswa berpikir kreatif, imajinatif, mendorong refleksi tentang model dan teori, mengenalkan gagasan-gagasan pada saat yang tepat.
d)      Memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba gagasan baru agar siswa terdorong untuk memperoleh kepercayaan diri dengan menggunakan berbagai konteks.
e)      Mendorong siswa untuk memikirkan perubahan gagasan mereka setelah menyadari kemajuan mereka serta memberi kesempatan siswa untuk mengidentifikasi perubahan gagasan mereka.
f)       Memberikan lingkungan belajar yang kondusif yang mendukung siswa mengungkapkan gagasan, saling menyimak, dan menghindari kesan selalu ada satu jawaban yang benar.

2.      Kelemahan
a)      Siswa mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, tidak jarang bahwa hasil konstruksi siswa tidak cocok dengan hasil konstruksi para ahli sehingga menyebabkan miskonsepsi.
b)      Konstruktivistik menanamkan agar siswa membangun pengetahuannya sendiri, hal ini pasti membutuhkan waktu yang lama dan setiap siswa memerlukan penanganan yang berbeda-beda.
c)       Situasi dan kondisi tiap sekolah tidak sama, karena tidak semua sekolah memiliki sarana prasarana yang dapat membantu keaktifan dan kreativitas siswa.









BAB III.

 PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil  dari Makalah ini yaitu sebagai berikut:
·         Teori bandura  merupakan teori belajar sosial yang merupakan  suatu proses tingkah laku dimana kita mengamati, bahkan meniru suatu pola perilaku orang lain  (masyarakat) yang awalnya tidak tahu menjadi tahu.
·         Teori kognitif sosial (social cognitive theory) yang dikemukakan oleh Albert Bandura menyatakan bahwa faktor sosial dan kognitif serta factor pelaku memainkan peran penting dalam pembelajaran. Bandura mengembangkan model deterministic resipkoral yang terdiri dari tiga faktor utama yaitu perilaku, person/kognitif dan lingkungan.
·         Ada lima jenis-jenis teori permodelan alber bandura yaitu Peniruan Langsung Peniruan Tak Langsung, Peniruan Gabungan, Peniruan Sesaat / seketika. Dan Peniruan Berkelanjutan.
·         Beberapa karakteristik dari model yang efektif untuk ditiru adalah Kompetensi, Prestise dan kekuasaan, Perilaku “Sesuai-Jender”, dan Perilaku yang relevan dengan situasi pembelajar sendiri. Mungkin dari orang yang anda tiru, ada ciri-ciri seperti diatas.
·         Kekurangan dari teori pembelajaran sosial yaitu adakalanya cara peniruan tersebut memerlukan pengulangan dalam mendalami sesuatu yang ditiru. Sedangkan kelebihan dari teori ini adalah lebih lengkap dibandingkan teori belajar sebelumnya , karena itu menekankan bahwa lingkungan dan perilaku seseorang dihubungkan melalui system kognitif orang tersebut.
·          Implikasi Teori belajar sosial dalam pendidikan adalah hendaklah memastikan bahwa kita sendiri boleh menunjukkan tingkahlaku yang boleh diteladani serta memaklumkan kepada anak murid berkenaan kesan sesuatu tingkah laku yang tidak bermoral, sebagai guru perlu memastikan dan berusaha menyediakan persekitaran sosial yang kondusif agar modeling boleh berlaku, dan Selain itu, persembahan pengajaran seseorang guru seharusnya tersusun dan dapat menarik minat dan perhatian murid-murid serta seharusnya dapatdijadikan model untuk diikuti oleh mereka.
·         Yang dimaksud dengan teori belajar konstruktivisme menurut Vygotsky adalah pentingnya menekankan interaksi individu dengan lingkungan social.
·         Prinsip yang mendasari teori belajar konstruktivisme menurut Vygotsky yaitu Pembelajaran Sosial (Social Learning),Zone of Proximal Development (ZPD), Masa magang kognitif (cognitif apprenticeship), dan Pembelajaran termediasi (mediated learning), sedangkan konsep dari teori belajar konstruktivisme yaitu Hukum genetik tentang perkembangan (genetic law of development),Zona perkembangan proksimal (Zone of Proximal Development), dan Mediasi.
·          Pembelajaran dalam teori belajar konstruktivisme itu fokus untuk mengatur lingkungan pembelajaran yang dapat membangun pengetahuan dan keterampilan yang baru bagi siswa secara efektif (Schunk, 2003).
·         Kelebihan teori belajar konstruktivisme yaitu memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasan secara eksplisit, memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki siswa, memberi siswa kesempatan untuk berpikir tentang pengalamannya, memikirkan perubahan gagasan mereka, memberikan lingkungan belajar yang kondusif sedangkan kelemahan dari teori belajar konstruktivisme yaitu hasil konstruksi siswa tidak cocok dengan hasil konstruksi para ahli, membutuhkan waktu yang lama membangun pengetahuannya sendiri, dan kondisi tiap sekolah tidak sama, karena tidak semua sekolah memiliki sarana prasarana yang dapat membantu keaktifan dan kreativitas siswa.


3.2 Saran

Saran yang ingin kami sampaikan adalah bahwa kita sebagai pembelajar maupun yang nantinya akan menjadi model (contoh), hendaknya bersikap mengikuti sikap dan perilaku orang lain yang baik. Kita harus selektif dalam menirukan karena kita akan ditiru oleh peserta didik kita, sehingga apabila kita salah bertindak akan berpengaruh buruk pula pada peserta didik.

 



DAFTAR PUSTAKA


Ormrod, Jeanne. E. 2008. Psikologi Pendidikan: Membantu Siswa Tumbuh Berkembang. Jakarta: Erlangga
Syah, Muhibbin. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada
Afni, Ulul. (2012). Teori Konstruktivisme menurut Vygotsky. Diakses dari
            20 September 2014.
Schunk, Dale H. (2012). Teori-teori Pembelajaran: Perspektif Pendidikan.
Penerjemah: Eva Hamdiah dan Rahmat Fajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Teori Pembelajaran Menurut Vygotsky. (2013). Diakses dari
595767.html. 20 September 2014.

Crain, W. (2007). Teori perkembangan, konsep dan aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.